Syeikh Ali Akbar Marbun: Tokoh Humbahas
Syeikh Ali Akbar Marbun
Sumatera Utara, NU Online
Menjelang pelaksanaan Konferensi Wilayah XIV NU Sumatera Utara tanggal 10-12 Oktober 2003 di Medan, mulai hangat dibicarakan warga Nahdliyyin, terutama tentang kandidat yang telah menyatakan kesediaannya memimpin NU ke depan.
Kandidat tersebut antara lain Drs. H. Anwar Noor Siregar (Ketua sekarang), H. Dasuki Rahmat Tanjung (Pengusaha), H. Hasanuddin, SH (Anggota DPRD Kota Medan), H. Pulokot Siregar, SE (Anggota DPRD Sumatera Utara), Prof. DR. HM. Ridwan Lubis (Rais Suriyah Sekarang), Prof. DR. H. Mohammat Hatta (Ka.Kanwil Depagsu), KH. Kholic Mustafa (Pengasuh Pesantren Mustafawiyah) dan KH. Ali Akbar Marbun (Pengasuh Pesantren Al-Kautsar Medan).
Banyaknya kandidat yang menyatakan maju itu sebagi bukti bahwa NU di daerah ini masih dilirik dan ada angin segar untuk kemajuan dan kejayaan ke depan,tanggapan ini disampaikan oleh Drs. A. Masdar Achmad tokoh muda NU kepada NU online, di Medan (30/09/2003)
Menurut masdar, siapapun yang terpilih nantinya sebagai ketua NU Sumut, harus lebih bergiat membangun jama'ah terutama dalam masalah sosial keagamaan. diharapkan juga agar NU jagan dijadikan sebagai tempat berlindung bagi para Koruptor yang menduduki jabatan strategis di pemerintahan. karena NU bukan tempat untuk menebus dosa, tetapi NU harus dijadikan sebagai ruang untuk berjuang demi kepentingan agama, bangsa dan negara.
Sementara itu, wakil ketua panitia Konferwil H. Firdaus Nasution mengharapkan agar NU ke depan tidak lagi melakukan gerakaran sektarian ke sukuan, tetapi harus merangkul semua etnis yang ada di daerah ini untuk duduk menjadi pengurus NU Sumatera Utara.sebab selama ini NU terkesan orang-orang Mandailing. kita harus melihat sejarah masa lampau bahwa kekuatan NU di daerah ini adalah masuknya seluruh etnis menjadi pengurus NU sehingga kebersamaan dan dinamika organisasi semakin berkembang.
Masdar dan Firdaus sepakat untuk ketua NU ke depan tidak mesti seorang birokrat, atau pengusaha. tetapi sosok ketua itu memahami apa itu NU dan bagaimana upaya mengembangkannya di daerah ini. Harapan generasi muda agar NU ke depan harus tampil lebih perima, sebagai agen perubahan, dan sosial kontrol kepada pemerintah dalam membangun daerah Sumatera Utara diera otonomi ini. Tapi jangan coba-coba menjadikan NU sebagai alat dan pelindung untuk kepentingan pribadi.
Sumatera Utara, NU Online
Menjelang pelaksanaan Konferensi Wilayah XIV NU Sumatera Utara tanggal 10-12 Oktober 2003 di Medan, mulai hangat dibicarakan warga Nahdliyyin, terutama tentang kandidat yang telah menyatakan kesediaannya memimpin NU ke depan.
Kandidat tersebut antara lain Drs. H. Anwar Noor Siregar (Ketua sekarang), H. Dasuki Rahmat Tanjung (Pengusaha), H. Hasanuddin, SH (Anggota DPRD Kota Medan), H. Pulokot Siregar, SE (Anggota DPRD Sumatera Utara), Prof. DR. HM. Ridwan Lubis (Rais Suriyah Sekarang), Prof. DR. H. Mohammat Hatta (Ka.Kanwil Depagsu), KH. Kholic Mustafa (Pengasuh Pesantren Mustafawiyah) dan KH. Ali Akbar Marbun (Pengasuh Pesantren Al-Kautsar Medan).
Banyaknya kandidat yang menyatakan maju itu sebagi bukti bahwa NU di daerah ini masih dilirik dan ada angin segar untuk kemajuan dan kejayaan ke depan,tanggapan ini disampaikan oleh Drs. A. Masdar Achmad tokoh muda NU kepada NU online, di Medan (30/09/2003)
Menurut masdar, siapapun yang terpilih nantinya sebagai ketua NU Sumut, harus lebih bergiat membangun jama'ah terutama dalam masalah sosial keagamaan. diharapkan juga agar NU jagan dijadikan sebagai tempat berlindung bagi para Koruptor yang menduduki jabatan strategis di pemerintahan. karena NU bukan tempat untuk menebus dosa, tetapi NU harus dijadikan sebagai ruang untuk berjuang demi kepentingan agama, bangsa dan negara.
Sementara itu, wakil ketua panitia Konferwil H. Firdaus Nasution mengharapkan agar NU ke depan tidak lagi melakukan gerakaran sektarian ke sukuan, tetapi harus merangkul semua etnis yang ada di daerah ini untuk duduk menjadi pengurus NU Sumatera Utara.sebab selama ini NU terkesan orang-orang Mandailing. kita harus melihat sejarah masa lampau bahwa kekuatan NU di daerah ini adalah masuknya seluruh etnis menjadi pengurus NU sehingga kebersamaan dan dinamika organisasi semakin berkembang.
Masdar dan Firdaus sepakat untuk ketua NU ke depan tidak mesti seorang birokrat, atau pengusaha. tetapi sosok ketua itu memahami apa itu NU dan bagaimana upaya mengembangkannya di daerah ini. Harapan generasi muda agar NU ke depan harus tampil lebih perima, sebagai agen perubahan, dan sosial kontrol kepada pemerintah dalam membangun daerah Sumatera Utara diera otonomi ini. Tapi jangan coba-coba menjadikan NU sebagai alat dan pelindung untuk kepentingan pribadi.