Breaking News

S.F. Marbun: PTS Tingkatkan Mutu

Saatnya PTS Tingkatkan Mutu dan Pelayanan

Yogyakarta, Kompas - Sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN) kini sedang giat menjaring mahasiswa baru dan menarik biaya pendidikan yang cukup besar, bahkan mencapai angka di atas Rp 100 juta. Bagi perguruan tinggi swasta (PTS), hal tersebut justru saatnya untuk melakukan konsolidasi dan meningkatkan mutu akademik. Dalam hal penarikan dana pendidikan, pada umumnya PTS sudah menemukan sistem yang sudah baku.

Hal itu dikatakan Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) Dr Slamet S Sarwono dan Pembantu Rektor I Universitas Islam Indonesia (UII) Dr SF Marbun ketika dihubungi terpisah di Yogyakarta, Rabu (18/6).

Menurut Slamet, saat ini jelas sudah ada perubahan konstelasi dalam dunia pendidikan, karena itu kita kedalam akan mengadakan konsolidasi dan memberikan wawasan baru kepada para dosen.

"Kini saatnya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada mahasiswa terutama dalam proses belajar," kata Slamet

UAJY memiliki enam fakultas untuk program pendidikan strata satu dengan 11 program studi reguler dan program studi kelas internasional. Jumlah mahasiswa sekitar 11.000 dan untuk tahun ini akan menerima sekitar 2.000 mahasiswa baru. Tiap mahasiswa baru wajib memberikan sumbangan pengembangan universitas yang besarnya antara Rp 3.750.000 sampai Rp 10.000.000.

"Walaupun tetap dimungkinkan bagi mahasiswa yang tak mampu tetapi berprestasi untuk menjadi mahasiswa UAJY yang kita namakan program seleksi siswa berprestasi, mahasiswa yang lolos seleksi ini hampir-hampir tak ada biaya yang dikeluarkan," kata Slamet.

Dicap mahal

Sementara itu, SF Marbun mengadakan cara-cara yang dilakukan PTN dalam menarik dana masyarakat sudah pernah dilakukan UII sepuluh tahun yang lalu.

"Kami pernah melakukan seperti itu, dulu sepuluh tahun yang lalu misalnya, sekitar 20 persen dari total mahasiswa yang diterima diberikan jatah pada calon mahasiswa yang nilai tesnya kurang namun mampu membayar lebih. Tetapi hal tersebut berdampak UII dicap sebagai perguruan tinggi yang mahal. "Ini saya kira bisa menimpa UGM yang sebetulnya hanya menarik dana puluhan juta kepada beberapa mahasiswa saja. Tetapi kesan masyarakat bahwa UGM sekarang mahal akan terbentuk," ungkap Marbun.

Menurut dia, saat ini pihaknya tak melihat uang lagi, tetapi nilai dalam penentuan mahasiswa baru. "Kami sangat transparan dalam menarik dana pendidikan. Sekarang kami mempunyai sistem ranking, pada gelombang pertama mereka yang rangking kedua tinggal dilihat pada daftar yang mewajibkan calon mahasiswa itu membayar sumbangan Catur Darma kalau untuk jurusan Statistik, Fakultas MIPA Rp 2 juta, untuk Fakultas Hukum Rp 3,5 juta," katanya.

Bagi yang bisa masuk rangking pertama, lanjut Marbun, calon mahasiswa tersebut tak perlu membayar sumbangan pendidikan. Paling tidak setiap tahun pihaknya menerima 40 orang yang tidak membayar sumbangan pendidikan itu dan ini setiap orang bisa melihat bagaimana posisi masing-masing.