Breaking News

Sejarah Pelayaran Batak Kuno

Sejarah Maritim Batak Kuno

Dalam sebuah karya tulisnya, Jaime Errazuriz menyebutkan bahwa terdapat peradaban produksi kertas yang berlipat di Amerika Tengah. Kemampuan membuat kertas tulis tersebut sangat mirip atau hampir sama dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang Batak. Michael Coe, memberikan data yang lebih detail mengenai masalah ini. Setelah melakukan studi atas tulisan Dr. Paul Tolstoy dari Montreal University (‘Paper Route' published in Natural History 6/91).

Terdapat bukti-bukti yang sangat kuat mengenai eksistensi pelayaran kuno Bangsa Batak ke berbagai penjuru dunia yang menandakan abad keemasan ilmu pengetahuan dan peradaban Batak saat itu.

Tolstoy telah melakukan studi yang sangat mendetail mengenai teknik dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan kertas dari kulit pohon tersebut di wilayah Pasifik. Menurutnya, teknik tersebut sudah sangat umum diketahui di peradaban Batak kuno, Asia Tenggara, Cina dan Amerika Tengah. Diyakini teknologi tersebut menyebar ke daerah-daerah Indonesia bagian timur menuju ke Amerika Tengah.

Dugaan sentuhan peradaban Batak tersebut, diperkuat dengan bukti bahwa fungsi utama dari kertas-kertas kulit kayu tersebut adalah untuk dokumentasi ritual, kalender, informasi-informasi astronomi yang memang seperti itu adanya dalam kebudayaan Batak.

Diduga kuat bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh orang Amerika Tengah didapat melalui kertas tersebut yang dibawa oleh ekspedisi maritim Batak dan mengakibatkan pertukaran budaya antara dua Bangsa; Batak dan Maya.

Kesimpulan yang digariskan oleh Paul Tolstoy tersebut sangat menarik dan memberikan sebuah teka-teki: “Jika memang tidak ada yang membawa teknologi tersebut kesana (Mesoamerika) lalu siapa yang membawanya?”

Pemukul bundelan kertas pohon pertama yang sama digunakan oleh penduduk Maya pernah ditemukan di daerah Pasifik yang berumur 2500 tahun atau sekitar 200 tahun lebih muda dibandingkan yang ditemukan di Asia Tenggara.

Sampainya teknologi pembuatan kerta tersebut diketahui terjadi pada awal-awal perkembangan peradaban Maya, satu-satunya peradaban di Amerika kuno yang mempunyai teknologi pembuatan kertas.

Mengenai pertanyaan pelayaran trans-Pasifik, Michael Coe menegaskan bahwa, keberadaan ekspedisi asing dari Asia ke wilayah ini bukanlah berarti peradaban Maya merupakan jiplakan saja namun mereka mungkin telah menerima ide-ide penting dari mereka yang datang tersebut.

Dari studi mengenai maritim kuno Batak (antara 3000-1500 SM) dan studi pelayaran bangsa-bangsa Cina Asia lainnya serta eksistensi mereka di Benua Amerika sebelum si Colombus, dapat diketahui bahwa telah terjadi sebuah hubungan kultural yang sangat harmonis antara Asia, khususnya Batak, dengan Benua Amerika serta benua-benua lainnya. Masa-masa tersebut diyakini telah mengalami globalisasi kuno dengan klimaksnya dalam sebuah titik sejarah dan selanjutnya mengalami penurunan sampai datangnya Bangsa Arab dan Eropa.

Beberapa bukti-bukti pelayaran kuno Cina yang dapat dipertanggung-jawabkan telah ditemukan di beberapa tempat di Benua Amerika. Begitu juga dengan keberadaan ekspedisi maritim Batak di sana yang ditandai dengan hubungan budaya antara Batak dan Maya dalam teknologi kertas ini.

Apabila peradaban Mesir, Yunani, Romawi, Cina, Arab dan Harappa telah banyak berkontribusi kepada peradaban dunia, maka sebenarnya peradaban Batak, tentu bersama suku lainnya seperti Bugis dan Kalimantan, telah berkontribusi banyak kepada peradaban Bumi lainnya, khusunya impak kebudayaan mereka terhadap belahan bumi Pasifik, Amerika, Madagaskar, bangsa-bangsa di Samudera India dan lain sebagainya.

Peradaban Batak sendiri diyakini banyak berkontribusi kepada peradaban Amerika Kuno, khususnya Bangsa Maya Yucatan. Di samping alih teknologi kertas, ilmu pengetahuan lainnya nampaknya diserap oleh peradaban kuno Amerika, seperti sistem kalender, metode pengukuran gerhana bulan dan matahari dan lain sebagainya.

Dalam sejarah Batak sendiri telah banyak dikenal personalitas-personalitas yang menjadi pioner peradaban maritim Batak. Di antaranya adalah Raja Uti, yang melakukan terobosan mendasar dengan memindahkan kerajaannya dari Sianjur Mula-mula atau dari kebudayaan agraris ke daerah pantai Barus sampai Singkil yang kemudian membentuk peradaban maritim Batak.

Teknologi kertas telah menjadi sesuatu yang umum dalam komunitas-komunitas Batak. Apatah lagi disemarakkan oleh penulisan Kitab Pustaha Agung dan Pustaha Tumbaga Holing oleh Guru Tatea Bulan dan Guru Isumbaon.

Dalam mitologi-mitologi kuno, banyak disebutkan mengenai pelayaran-pelayaran tokoh-tokoh sejarah baik itu dengan tujuan musafir, migrasi, menuntut ilmu maupun sebagai aktivitas ritual budaya dan keyakinan.

Hanya saja masih terdapat kekurangan dalam menafsir mitos-mitos tersebut dalam pengertian sejarah. Diyakini berbagai mitologi tersebut tidak terbentuk begitu saja sebagai karangan cerita semata, melainkan terdapat sebuah peristiwa sejarah yang sangat menarik yang membuat para nenek moyang Batak merasa bangga untuk selalu menceritakannya kepada para keturunannya.


By. Julkifli Marbun